DI THAIF NABI MUHAMMAD SAW DILUKAI
Usaha kaum kafir Quraisy Makkah menghentikan dakwah Nabi terus dilakukan dengan segala cara. Penghinaan dan cacimaki terhadap beliau tak pernah berhenti. Tekanan dan intimidasi terus dilancarkan. Tetapi Nabi tak pernah putus harapan. Ia tak hendak menghentikan ajakannya dengan cara yang jujur dan lembut. Manakala orang-orang kafir Makkah tak ada lagi menyambut ajakan Nabi, beliau mengalihkan dakwahnya ke Thaif, sebuah kota di dataran tinggi yang sejuk. Beliau berharap di sana akan ada yang bersedia menerima ajakannya untuk memeluk Islam. Tetapi tak disangka, di kota itu tak seorangpun mengikutinya, bahkan justeru menghina dan mengusirnya. Kali ini orang-orang tua mereka menyuruh anak-anak muda mengusir Nabi dari kampung halamannya. Nabi Muhammad dilukai, disakiti, dihinakan, dikejar-kejar dan dilempari batu oleh berandalan itu sampai beliau harus keluar dari kota itu. Nabi lalu memasuki kebun kurma milik seorang Yahudi. Melihat kekasih Allah itu diperlakukan sedemikian rupa, Jibril menawarkan bantuannya. “Jika engkau berkenan, O, Muhammad, sang kekasih Tuhan, aku akan jungkirbalikkan bumi ini dan menimpakan dua gunung itu ke atas punggung mereka yang terus melukaimu”, kata Jibril. Dengan tenang Nabi menjawab : “Oh, Jibril, Tidak, Jangan!. Jangan lakukan itu!. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang belum mengerti saja. Semoga Tuhan, memberi mereka petunjuk dan semoga kelak dari mereka akan lahir orang-orang yang meng-Esa-kan-Mu”. Usai menjawab demikian, sambil tetap duduk di bawah pohon kurma itu, Nabi berdo’a dengan seluruh hatinya.
اَللَّهُمَّ إٍنِّى أَشْكُو إِلَيْكَ ضُعْفَ قُوَّتِى وَقِلَّةَ حِيْلَتِى وَهَوَانِى عَلَى النَّاسِ, يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. أَنْتَ رَبُّ المُستَضْعَفِيْنَ وَأَنْتَ رَبِّى. إِلىَ مَنْ تَكِلُنِى؟ إِلَى بَعِيْدٍ يَتَجَهَّمُنِى أَوْ إِلَى عَدُوٍّ مَلَّكْتَهُ أَمْرِى إِنْ لمَ يَكُنْ بِكَ عَليَّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِى
وَلَكِنْ عَافِيَتُكَ أَوْسَعُ لِى أَعُوْذُ بِنُوْرِ وَجْهِكَ الَّذِى أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ مِنْ أَن يَنْزِلَ بِى غَضَبُكَ أَوْ تَحِلُّ عَليَّ سَخَطُكَ لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى. وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ.
Wahai Tuhan,
Kepada-Mu jua aku mengadukan kelemahanku
Kurangnya kemampuanku
Hinaku di hadapan manusia
O, Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang
Engkaulah Yang melindungi orang-orang yang lemah
Engkaulah Pelindungku
Kepada siapakah Engkau akan menyerahkan diri hamba-Mu ini?
Kepada yang jauh yang melihatku dengan muka kusam muramkah,
atau kepada mereka yang membenci aku?
Jika saja Engkau tiada memurkaiku, aku tak peduli
Tetapi maaf-Mu Yang maha luas lah yang sangat aku dambakan.
Kami berlindung di bawah Cahaya Kasih-Mu
Yang menerangi semua kegelapan,
Dan atasnyalah semua urusan kehidupan di dunia dan akhirat
Akan menjadi baik.
Janganlah Engkau turunkan murka-Mu kepadaku
Atau Engkau timpakan kepadaku
Engkaulah yang berhak menegurku
Hingga Engkau rela padaku
Tiada daya, tiada upaya,
Selain karena Engkau jua
ا
DI THAIF NABI DILUKAI
(Memenuhi teman yg meminta aku menulis kisah ini).
Usaha kaum kafir Quraisy Makkah menghentikan dakwah Nabi terus dilakukan dengan segala cara. Penghinaan dan cacimaki terhadap beliau tak pernah berhenti. Tekanan dan intimidasi terus dilancarkan. Tetapi Nabi tak pernah putus harapan. Ia tak hendak menghentikan ajakannya dengan cara yang jujur dan lembut. Manakala orang-orang kafir Makkah tak ada lagi menyambut ajakan Nabi, beliau mengalihkan dakwahnya ke Thaif, sebuah kota di dataran tinggi yang sejuk. Beliau berharap di sana akan ada yang bersedia menerima ajakannya untuk memeluk Islam. Tetapi tak disangka, di kota itu tak seorangpun mengikutinya, bahkan justeru menghina dan mengusirnya. Kali ini orang-orang tua mereka menyuruh anak-anak muda mengusir Nabi dari kampung halamannya. Nabi Muhammad dilukai, disakiti, dihinakan, dikejar-kejar dan dilempari batu oleh berandalan itu sampai beliau harus keluar dari kota itu. Nabi lalu memasuki kebun kurma milik seorang Yahudi. Melihat kekasih Allah itu diperlakukan sedemikian rupa, Jibril menawarkan bantuannya. “Jika engkau berkenan, O, Muhammad, sang kekasih Tuhan, aku akan jungkirbalikkan bumi ini dan menimpakan dua gunung itu ke atas punggung mereka yang terus melukaimu”, kata Jibril. Dengan tenang Nabi menjawab : “Oh, Jibril, Tidak, Jangan!. Jangan lakukan itu!. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang belum mengerti saja. Semoga Tuhan, memberi mereka petunjuk dan semoga kelak dari mereka akan lahir orang-orang yang meng-Esa-kan-Mu”. Usai menjawab demikian, sambil tetap duduk di bawah pohon kurma itu, Nabi berdo’a dengan seluruh hatinya.
Ya Allah. Bagaimana denganmu dan kelemahan bangsa - h ylty dan aku pada orang, penyayang. Kau Lmstḑ‘fyn Tuhan dan Tuhan. Ke dari klny? Ke jauh tertanam apapun atau musuh-nya berharap mry jika tidak maka anda harus marah lagi.
Tapi ‘f anda lebih luas untuk berlindung bnwr wajahmu yang shrqt kegelapan untuk menghubungkan h itu perkara akhirat (dari aba kemarahanmu atau memecahkan ali skhţk anda bertobat sampai puas. Tidak berdaya kecuali anda.
Wahai Tuhan,
Kepada-Mu jua aku mengadukan kelemahanku
Kurangnya kemampuanku
Hinaku di hadapan manusia
O, Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang
Engkaulah Yang melindungi orang-orang yang lemah
Engkaulah Pelindungku
Kepada siapakah Engkau akan menyerahkan diri hamba-Mu ini?
Kepada yang jauh yang melihatku dengan muka kusam muramkah,
atau kepada mereka yang membenci aku?
Jika saja Engkau tiada memurkaiku, aku tak peduli
Tetapi maaf-Mu Yang maha luas lah yang sangat aku dambakan.
Kami berlindung di bawah Cahaya Kasih-Mu
Yang menerangi semua kegelapan,
Dan atasnyalah semua urusan kehidupan di dunia dan akhirat
Akan menjadi baik.
Janganlah Engkau turunkan murka-Mu kepadaku
Atau Engkau timpakan kepadaku
Engkaulah yang berhak menegurku
Hingga Engkau rela padaku.
(Memenuhi teman yg meminta aku menulis kisah ini).
Usaha kaum kafir Quraisy Makkah menghentikan dakwah Nabi terus dilakukan dengan segala cara. Penghinaan dan cacimaki terhadap beliau tak pernah berhenti. Tekanan dan intimidasi terus dilancarkan. Tetapi Nabi tak pernah putus harapan. Ia tak hendak menghentikan ajakannya dengan cara yang jujur dan lembut. Manakala orang-orang kafir Makkah tak ada lagi menyambut ajakan Nabi, beliau mengalihkan dakwahnya ke Thaif, sebuah kota di dataran tinggi yang sejuk. Beliau berharap di sana akan ada yang bersedia menerima ajakannya untuk memeluk Islam. Tetapi tak disangka, di kota itu tak seorangpun mengikutinya, bahkan justeru menghina dan mengusirnya. Kali ini orang-orang tua mereka menyuruh anak-anak muda mengusir Nabi dari kampung halamannya. Nabi Muhammad dilukai, disakiti, dihinakan, dikejar-kejar dan dilempari batu oleh berandalan itu sampai beliau harus keluar dari kota itu. Nabi lalu memasuki kebun kurma milik seorang Yahudi. Melihat kekasih Allah itu diperlakukan sedemikian rupa, Jibril menawarkan bantuannya. “Jika engkau berkenan, O, Muhammad, sang kekasih Tuhan, aku akan jungkirbalikkan bumi ini dan menimpakan dua gunung itu ke atas punggung mereka yang terus melukaimu”, kata Jibril. Dengan tenang Nabi menjawab : “Oh, Jibril, Tidak, Jangan!. Jangan lakukan itu!. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang belum mengerti saja. Semoga Tuhan, memberi mereka petunjuk dan semoga kelak dari mereka akan lahir orang-orang yang meng-Esa-kan-Mu”. Usai menjawab demikian, sambil tetap duduk di bawah pohon kurma itu, Nabi berdo’a dengan seluruh hatinya.
Ya Allah. Bagaimana denganmu dan kelemahan bangsa - h ylty dan aku pada orang, penyayang. Kau Lmstḑ‘fyn Tuhan dan Tuhan. Ke dari klny? Ke jauh tertanam apapun atau musuh-nya berharap mry jika tidak maka anda harus marah lagi.
Tapi ‘f anda lebih luas untuk berlindung bnwr wajahmu yang shrqt kegelapan untuk menghubungkan h itu perkara akhirat (dari aba kemarahanmu atau memecahkan ali skhţk anda bertobat sampai puas. Tidak berdaya kecuali anda.
Wahai Tuhan,
Kepada-Mu jua aku mengadukan kelemahanku
Kurangnya kemampuanku
Hinaku di hadapan manusia
O, Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang
Engkaulah Yang melindungi orang-orang yang lemah
Engkaulah Pelindungku
Kepada siapakah Engkau akan menyerahkan diri hamba-Mu ini?
Kepada yang jauh yang melihatku dengan muka kusam muramkah,
atau kepada mereka yang membenci aku?
Jika saja Engkau tiada memurkaiku, aku tak peduli
Tetapi maaf-Mu Yang maha luas lah yang sangat aku dambakan.
Kami berlindung di bawah Cahaya Kasih-Mu
Yang menerangi semua kegelapan,
Dan atasnyalah semua urusan kehidupan di dunia dan akhirat
Akan menjadi baik.
Janganlah Engkau turunkan murka-Mu kepadaku
Atau Engkau timpakan kepadaku
Engkaulah yang berhak menegurku
Hingga Engkau rela padaku.
0 comments :
Post a Comment